Dieng Culture Festival telah menjadi Agenda Tahunan di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Banjarnegara. Daya tarik utama event ini adalah ritual pencukuran rambut gembel yang unik dan mungkin tak ada duanya. Mulai hari ini akan kami sajikan urutan prosesi ritual pencukuran rambut gembel dimulai dari : Kirab , Jamasan, Cukur Rambut Gembel sampai dengan Pelarungan .
RAMBUT GEMBEL
Disebut rambut gembel ( Red. Gembel : helai rambut yang saling menyatu ) bukan merupakan faktor keturunan tetapi hanya bisa terjadi alami pada anak – anak di dataran tinggi Dieng, Banjarnegara Jawa Tengah. Secara medis, penyebab gembel masih belum diketahui secara jelas namun yang pasti biasanya rambut gembel akan muncul dengan disertai panas demam yang tinggi, mengigau pada waktu tidur. Gejala ini tidak bisa diobati sampai akhirnya akan normal dengan sendirinya dan rambut sang anak akan menjadi kusut dan menyatu.
1. Kirab
Merupakan perjalanan arak – arakan menuju lokasi ritual pencukuran. Dimulai dari rumah Pemangku Adat dan berhenti didekat Kawasan Sendang Maerokoco atau Sendang Sedayu dengan berkeliling desa dikawal oleh para sesepuh, para tokoh masyarakat, kelompok – kelompok paguyuban seni tradisional dan masyarakat.
Barisan kirab terdiri dari pengawal utama yaitu dua tokoh sesepuh ing ngayodya, dua orang pembawa dupa ( tungku penolak bala ) dan para prajurit pembawa tombak, keris dan pusaka lainnya, diteruskan dua orang pembawa bunga cucuk lampah.
Selanjutnya para pembawa permintaan ( sesaji dan ubo rampe ) anak gembel yang membawa Buju Abang,Buju Putih, Buju Ireng, Buju Kuning,Buju Robyang,Buju Kleung,Buju Sanggabuwana,Buju Tulak,Buju Panggang,Buju Kupat,Rakan Jajan pasar,Rakan buah ,Pisang Raja Emas,Kinang,Alat Rias dan berbagai cangkir dengan 14 macam minuman dan Bobo Ronyong. Anak – anak yang akna diruwat dinaikan andhong atau angkutan tradisional dimana diikuti rombongan seni tradisional yang nantinya akan menyajikan pagelaran hingga prosesi ritual pencukuran berakhir.
2. Jamasan
Jamasan ( memandikan ) anak gembel dilaksanakan di Sendang Sedayu atau Sendang Maerokoco tepatnya diutara Darmasala Komplek Candi Arjuna. Untuk memasuki Sendang Sedayu, para anak gembel berjalan dinaungi oleh payung Robyong dibawah kain kafan panjang disekitar sendang Maerokoco sambil diiringi musik
Gongso.
3. Pencukuran
Prosesi dilakukan oleh para Tokoh Masyarakat yang didampingi dan dipandu langsung oleh Pemangku Adat. Setelah pencukuran rambut Gembel selesai dilanjutkan dengan tasyakuran dan doa. Kemudian semua ubo rampai dbagikan kepada semua pengunjung karena dipercaya dapat membawa berkah bagi yang membawanya. Pada saat itu pula pengunjung dapat menyaksikan sajian atraksi kesenian.
4. Ngalap Berkah
Tak jauh dari lokasi pencukuran, dilakukan Ngalap Berkah yang dipercaya oleh masyarakat bisa mendatangkan berkah bagi yang mengikutinya. Biasanya berupa selamatan yang memperebutkan tumpeng dan makan untuk selamatan yang bisa dipimpin oleh pemangku adat dan tokoh – tokoh masyarakat setempat.
5. Pelarungan
Setelah pencukuran selesai maka prosesi ditutup dengan pelarungan rambut gembel dimana rambut yang telah dicukur dilarung ke Sungai yang akan menuju ke Laut Selatan.
Ritual ini adalah peninggalan leluhur yang hingga kini menjadi tradisi turun – temurun yang ada di Dataran Tinggi Dieng. Menurut cerita, gembel yang sudah ada sejak jamna Kyai Kolodete dan Nini Roro Roce, beliau adalah leluhur Dataran Tinggi Dieng. Gembel dianggap sebagai bala atau malapetaka.
Oleh karena itu, gembel harus dicukur melalui upacara ruwat. Upacara ini biasanya dilakukan setelah si anak mengajukan permintaan langsung kepada orang tuanya. Tapi anehnya, bila tradisi ruwatan tidak dilaksanakan atas permintaan gembelnya sendiri, maka sekalipun sudah dicukur, Rambut gembel akan tumbuh kembali.
Kategori : Seputar Banjarnegara
Keyword : dieng, dieng culture festival, eambut gembel, ritual, tradisi, wisata, wisata dieng
Leave a Reply